Sorong, Papua Barat – Video yang diunggah oleh seorang influencer Papua, Boy, dari Kota Sorong, menggarisbawahi keprihatinan mendalam tentang kondisi lingkungan dan sosial di Papua. Ia menyoroti kesenjangan antara konsumsi hiburan massal dan realitas perjuangan masyarakat Papua dalam mempertahankan hutan dan sumber daya alam yang vital.

“Hutan Dibabat, Orang Mati karena Biaya Berobat”

Boy, menyampaikan kekecewaannya terhadap perhatian masyarakat yang terlalu fokus pada tontonan dan hiburan seru. Dia menggambarkan kondisi di lapangan, di mana hutan dibabat habis, orang tua tidak bisa berobat karena biaya, dan proyek-proyek pertambangan berdiri tanpa memperhatikan dampak sosial dan lingkungan.

“Di saat kita sibuk dengan tontonan-tontonan tidak bermanfaat, di sana ada hutan yang dibabat. Di sana ada anak kecil, orang tua yang tidak bisa berobat karena biaya,” ujarnya.

Kekhawatiran akan Dampak Tak Terduga

Lebih lanjut, Boy memperingatkan bahwa masyarakat akan terkejut jika proyek-proyek pertambangan tiba-tiba berdiri tanpa perencanaan yang matang. “Dan nanti kita kaget kalau tiba-tiba, di sini tambang sudah berdiri, di sini hutan sudah botak.”

Seruan Persatuan dan Perubahan

Ia juga menyuarakan seruan untuk persatuan masyarakat Papua. “Seandainya kita dari Sorong sampai Merauke bersatu untuk Papua, pasti kita punya hutan, kita punya hasil bumi, itu semua selamat.” Boy menekankan bahwa perubahan harus dimulai dari hati, dan tindakan nyata, seperti persatuan, lebih penting daripada demonstrasi yang terlambat. “nanti 10 Tahun ke depan baru mau demo, terlambat sayang terlambat”

Analisis dan Implikasi

Pesan Boy mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan. Fokus yang berlebihan pada hiburan, tanpa diimbangi dengan tindakan nyata untuk melestarikan lingkungan, dapat berakibat fatal. Persatuan dan kesadaran kolektif menjadi kunci untuk menghadapi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Papua.

(Sumber: Facebook Boy, Influencer Papua)